Kesenangan Jin atau Setan (al-istimta’)
Yaitu sesuatu yang dijelaskan Allah Swt melalui firman-Nya berikut:
“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’am [6]: 128)
Contoh paling baik tentang ini adalah tukang-tukang sihir yang mendatangkan setan dan jin, sehingga tukang sihir dan jin atau setan mendapatkan kesenangan satu sama lain. Namun, akibat buruknya, tentu saja, pada tukang sihir.
Was-was (al-waswasah)
Yaitu pendamping (qarin) atau sahabat jahat manusia. Ia ada secara nyata pada manusia, yang berusaha memperlihatkan kebatilan sebagai sesuatu yang menarik untuk dikerjakan. Biasanya, jika jin atau setan tidak memperoleh izin dari yang bersangkutan, maka dia mendatangi pendamping jahat orang yang bersangkutan.
Dia adalah pelaksana yang baik untuk membujuk manusia yang sedang berada dalam kebenaran. Terhadap jenis ini, Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Sesungguhnya setan itu membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu, dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS Al-An’am [6]: 121)
Hasutan (al-azz)
Ini sebagaimana yang difirmankan Allah Swt, setan atau jin selalu menghasut orang-orang kafir. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Tidaklah kamu lihat bahwasanya kami tidak mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka agar berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh,” (QS Maryam [19]: 83)
Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi diantara kita yang mengatakan, sebagaimana yang pernah diucapkan para ulama, “kekafiran itu tidak ada faktor setan yang berperan. Alasannya, diri mereka sendiri (orang-orang kafir) sudah cukup untuk menyebabkan kekafiran itu.”
Tentu tidak bisa dikatakan demikian, karena teks di atas menegaskan bahwa setan-setan pun menghasut orang-orang kafir.
Mereka (setan-setan) mengobarkan rasa benci terhadap Islam dan kaum Muslimin, menghalalkan pelecehan terhadap hal-hal yang disucikan, membolehkan penumpahan darah, dan merampas harta-harta mereka.
Turunnya Setan (at-tanazul)
Yaitu sejenis kedatangan setan yang sangat mengagumkan. Ia bisa terjadi pada seorang Muslim atau kafir. Dalam kaitannya dengan orang kafir, hal itu sudah merupakan sesuatu yang biasa. Akan tetapi dalam hubungannya dengan sorang Muslim, hal itu terjadi saat yang bersangkutan lalai dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran agama serta senang melakukan kebohongan dan kesesatan. Atau mengucapkan kalimat-kalimat yang mendorong terjadinya kekafiran dan penentangan terhadap Allah serta semua peraturan-Nya. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Maukah kamu sekalian Aku beri tahu tentang orang-orang yang kepada mereka setan-setan turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta dan orang-orang yang banyak dosa,” (QS Al-Syu’ara [26]: 221-222)
Mengobarkan Nafsu Syahwat (al-istahwa)
Yaitu pengaruh setan dalam diri manusia yang selalu mendorong manusia untuk memperturutkan hawa nafsu dan syahwatnya. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Seperti orang yang telah disesatkan setan di bumi ini dalam keadaan bingung. Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), ‘Marilah ikuti jalan kami,’” (QS Al-An’am [6]: 71)
Lupa (al-thaif)
Yaitu sejenis was-was yang gelap dan menyihir. Gambaran jalan masuk setan ini adalah tiba-tiba saja hati ingin melakukan perbuatan buruk, atau lupa jumlah rakaat ketika melakukan shalat. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang bertakwa, bila mereka was-was (thaif) dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,” (QS Al-A’raf [7]: 201).
HABIS
No comments:
Post a Comment